Jumat, 10 Januari 2014

Perbedaan Mendengar, Mendengarkan, dan Menyimak

Mendengar adalah dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi, alat pendengar kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita mendengar suara itu tanpa ada unsur kesengajaan. Mendengarkan adalah mendengar akan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Menyimak adalah mendengarkan dengan pemahaman atau pengertian dan sampai ke tingkat apresiasi. Dari pengertian masing-masing kata, dapat dilihat perbedaan antara ketiganya. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan atau secara kebetulan. Sedangkan dalam menyimak, faktor kesengajaan cukup besar, lebih besar dari mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disampaikan pembicara sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan.

Menyimak bukan merupakan suatu proses yang pasif melainkan suatu proses yang aktif. Dalam mengonstruksikan suatu pesan dari suatu arus bunyi yang diketahui orang sebagai potensi-potensi fonologis, semantik, dan sintaksis suatu bahasa. Pada saat penyimak mendengar bunyi bahasa, pada saat itu pula mental seseorang aktif bekerja, mencoba memahami, menafsirkan apa yang disampaikan pembicara dan memberinya respon. Jadi, menyimak bukan merupakan keterampilan pasif karena di dalam proses menyimak tidak hanya mendengar saja namun juga ada kegiatan mendengarkan dengan pemahaman atau pengertian bahkan sampai ke tingkat apresiasi.

Sumber referensi: 
Sunarti dan Deri Anggraini. (2009). Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.

Hubungan antar Keterampilan Berbahasa

Hubungan antara menyimak dan berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung. Menyimak bersifat reseptif sedangkan berbicara bersifat produktif. Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut:
Mendengarkan.
Mengidentifikasi.
Menginterpretasi atau menafsirkan.
Memahami.
Menilai.
Menanggapi apa yang disimak.
Dalam hal ini, menyimak memiliki tujuan yang berbeda-beda, yaitu untuk mendapatkan fakta, mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan berbicara.  Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti saat dalam bercakap-cakap, diskusi, tanya-jawab, dan sebagainya.

Hubungan antara menyimak dan membaca
Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan yang bersifat reseptif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan sedangkan membaca merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca melakukan aktifitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasi.

Hubungan antara menyimak dan menulis
Ketika menulis, seseorang membutuhkan inspirasi, ide, atau informasi untuk membuat tulisannya. Hal ini dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal, dan sebagainya sedangkan dari sumber yang tidak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, dan diskusi. Jika dari sumber tercetak informasi itu diperoleh dengan membaca sedangkan dari sumber tidak tercetak informasi itu diperoleh dengan menyimak. Di dalam proses perkuliahan, mahasiswa menyimak penjelasan dari dosen maupun teman yang presentasi dengan seksama demi mendapatkan ilmu. Demikian juga seorang penulis, ia harus pandai-pandai menyimak suatu informasi yang baru sebagai bahan untuk tulisannya. Melalui menyimak, penulis tidak hanya memperoleh ide atau informasi untuk tulisannya, namun juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian lisan yang menarik, yang berguna untuk aktifitas menulisnya.

Hubungan antara berbicara dan membaca
Ketika berbicara, seseorang membutuhkan inspirasi, ide atau informasi untuk bahan pembicaraannya. Hal ini dapat diperoleh dari berbagai sumber. Inspirasi, ide atau informasi itu dapat diperoleh dengan membaca, salah satunya dari sumber tercetak yang berbentuk buku, majalah, surat kabar ataupun jurnal. Melalui membaca, pembicara tidak hanya memperoleh ide atau informasi untuk bahan pembicaraannya, namun juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian lisan yang menarik, yang berguna untuk aktifitas berbicaranya.

Hubungan antara berbicara dan menulis
Berbicara dan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan sedangkan menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tidak langsung sedangkan berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat langsung. Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi di mana di dalam proses tersebut terjadi pemindahan pesan dari suatu pihak (komunikator). Pesan akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol-simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak.

Hubungan antara membaca dan menulis
Membaca dan menulis merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, seorang pembaca memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan.

KEBAHASAAN

Keterampilan berbahasa merupakan kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang meliputi empat ragam keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat ragam keterampilan berbahsa tersebut saling terkait satu sama lain. Sebab, satu keterampilan akan mendukung keterampilan yang lainnya. Pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui membaca dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis.

Empat keterampilan berbahasa disebut catur tunggal. Artinya, empat keterampilan berbahasa tersebut saling berpengaruh dan saling berkaitan antara keterampilan satu dengan keterampilan yang lain. Manfaat keterampilan berbahasa di antaranya adalah dapat digunakan untuk mengungkapkan pikiran, mengekspresikan perasaan, melaporkan fakta-fakta yang kita amati, serta dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan fakta yang disampaikan oleh orang lain kepada kita.

Rangakaian pemerolehan keterampilan berbahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di dalam keterampilan berbahasa, ada yang disebut dengan istilah komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi multi arah. Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang berlangsung dari satu pihak saja, tidak ada timbal balik komunikasi. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang komunikan dan komunikatornya dalam suatu saat dapat bergantian memberikan informasi. Jadi, ada timbal balik komunikasi. Komunikasi multi arah adalah komunikasi yang terjadi antara tiga atau lebih orang yang memungkinkan adanya timbal balik komunikasi antar masing-masing komunikan dan komunikator.

Sebuah komunikasi dikatakan berhasil pada saat encoding dan decoding juga berhasil. Encoding adalah proses penyampaian pesan ke dalam bentuk lambang sedangkan decoding adalah proses penafsiran lambang ke dalam pesan. Jadi, isi pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik. Jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif adalah menyimak. Jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif adalah berbicara. Jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif adalah membaca. Jenis keterampilan ragam tulis yang bersifat produktif adalah menulis.

Keterampilan menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya. Dalam menyimak jenis ini, ada respon langsung sehingga memungkinkan adanya timbal balik antara aktifitas menyimak dan berbicara. Sedangkan keterampilan menyimak secara noninteraktif terjadi dalam percakapan nontatap muka. Dalam menyimak jenis ini, tidak ada respon langsung sehingga tidak memungkinkan adanya timbal balik antara aktifitas bebicara dan menyimak. Contoh keterampilan menyimak secara interaktif adalah berkomunikasi melalui telepon. Contoh keterampilan menyimak secara noninteraktif adalah menyimak pidato di televisi.

Minggu, 05 Januari 2014

CONTOH LAPORAN PERJALANAN

LAPORAN PERJALANAN
KE LABORATORIUM GEOSPASIAL PESISIR
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah IPS1
yang diampu oleh dosen Dhiniaty Gularso, S.Si, M.Pd.



Oleh: 
Oktarina Indrawati 12144600010

A1-12
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
YOGYAKARTA
2013



A. Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis
Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis  dibangun tahun 2006 oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dulunya dikenal dengan nama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), bekerjasama dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemerintah Derah Bantul. Tugas utamanya adalah melakukan riset yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang kepesisiran. Diantaranya tentang gumuk pasir yang membentang luas di pesisir pantai desa Parangtritis dan merupakan satu fenomena alam yang unik, peta potensi ikan bagi nelayan, dan pembuatan basis data spasial.

Laboratorium yang terletak di atas lahan pasir seluas 2 ha di dusun Depok desa Parangtritis ini terdiri dari 6 unit bangunan utama. Satu unit bangunan untuk kantor, satu unit yang berbentuk piramid untuk ruang pertemuan yang juga bisa digunakan unutk kegiatan penyuluhan, seminar dan diskusi, satu unit bangunan museum tentang segala jenis pasir pantai dan bebatuan serta karang laut, satu unit bangunan yang menghubungkan bangunan piramid dengan museum yang dikenal dengan lorong pengetahuan, satu unit kantin, dan satu unit mess.

Tiga bangungan utama yang ada di sana, mencoba menggambarkan proses terjadinya gumuk pasir itu sendiri. Bangunan berbentuk piramid menggambarkan gunung merapi yang sering erupsi dan menghasilkan pasir. Pasir dari gunung merapi tersebut mengalir ke laut melalui kali Opak, yang digambarkan dengan bangunan lorong pengetahuan. Sedangkan museum pasir, bebatuan, dan karang laut, menggambarkan gumuk pasir yang ada di Parangtritis. Pasir yang terbawa ke laut dihempas kembali ke tepian oleh gelombang laut dan setelah kering tertiup oleh angin tenggara yang cukup kuat sehingga terbentuklah gumuk pasir itu.

Menurut pamandu khusus dari Laboratorium Geospasial, ketika ditemui di kantor Laboratorium Geospasial menjelaskan bahwa semua pasir pantai yang berwarna hitam berasal dari gunung berapi. Sedangkan pasir pantai yang berwarna putih terjadi dari penghancuran karang laut oleh biota laut itu sendiri. Pemandu juga menjelaskan bahwa di musem tersebut juga disimpan berbagai alat pembuat peta data dan juga sebagai ruang penerima data Citra Satelit NOA.

Keberadaan gumuk pasir yang membentang di 4 pedukuhan : Depok, Grogol IX, Grogol X, dan Mancingan bermanfaat sebagai objek wisata dan objek penelitian serta berfungsi juga sebagai penahan tsunami dan filter air laut yang merembes ke darat. Air sumur di sekitar gumuk pasir ini tidak ada yang asin, semuanya air tawar murni. Kondisi gumuk pasir di Parangtritis terus menyempit dan tinggal 30- 40 % saja dari kondisi semula.

Menyempitnya lahan gumuk pasir disebabkan adanya pendirian bangunan dan tumbuhnya pepohonan seperti mete dan cemara udang yang menghambat tertiupnya pasir oleh angin tenggara. Tipe gumuk pasir yang ada di Parangtritis adalah gumuk pasir barcan yang cenderung berbentuk cembung. Mulai tahun 2012, Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis diberi kepercayaan oleh BIG untuk merancang sendiri rencana penelitian yang akan dilakukan. Fokus penelitian masih tentang dinamika gumuk pasir, pendugaan potensi ikan dan pembangunan basis data geospasial.

B. LAPORAN PERJALANAN
1) Nama kegiatan :
Perjalanan atau kunjungan ke Laboratorium Geospasial Pesisir, Parangtritis, Bantul, Yogyakarta.

2) Dasar Pemikiran :
Laporan perjalanan ini ditulis untuk memenuhi tugas akhir smester III matakuliah IPS 1 yang diampu oleh dosen Dhiniaty Gularso, S.Si, M.Pd.

3) Tujuan perjalanan :
Perjalanan ke Laboratorium Geospasial Pesisir, Parangtritis, ini bertujuan agar mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta Angkatan 2012 dapat mengetahui potensi dan manfaat kekayaan sumberdaya pesisir Indonesia bagi masyarakat luas (lokal, nasional, dan internasional), mengetahui kejadian geografis yang terdapat di gumuk pasir, proses terbentuknya gumuk pasir, bentuk-bentuk gumuk pasir, kondisi gumuk pasir dari tahun ke tahun, model perubahan  alat-alat yang digunakan untuk membuat peta, mengukur ketinggian air laut, jenis-jenis pasir, jenis-jenis batu, mengetahui kejadian-kejadian alam di Indonesia seperti tsunami di Aceh tahun 2006 lalu, mengetahui potensi pesisir parangtritis, serta dapat turut serta melestarikan kekayaan sumberdaya pesisir Indonesia yang terdapat di daerah pesisir Parangtritis. 

4) Waktu Tempat dan Lokasi perjalanan :
Mahasiswa Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta Angkatan 2012 melakukan perjalanan ke Laboratorium Geospasial Pesisir pada hari Sabtu, 14 Desember 2013 mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB.

5) Peserta
Peserta perjalanan ke Laboratorium Geospasial Pesisir adalah Mahasiswa Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta Angkatan 2012.

6) Hal-hal yang diamati :
Di Laboratorium Geospasial Pesisir, mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta diperlihatkan tentang profil Laboratorium Geospasial Pesisir, yang menyebutkan bahwa Laboratorium Geospasial Pesisir ini merupakan tempat melakukan riset yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang kepesisiran. Diantaranya tentang gumuk pasir yang membentang luas di pesisir pantai desa Parangtritis serta tempat pembuatan peta potensi ikan bagi nelayan, dan pembuatan basis data spasial.
Di lantai dua gedung pusat Laboratorium Geospasial Pesisir, terdapat berbagai macam jenis pasir, batu, berbagai macam bentuk gumuk pasir, foto-foto peristiwa alam di Indonesia, termasuk tsunami di Aceh, penjabaran tentang proses terjadinya gumuk pasir, alat-alat untuk membuat peta, alat untuk mengukur ketinggian pasang surut air laut, serta miniatur Laboratorium Geospasial Pesisir. 

7) Pembahasan
Perjalanan ke Laboratorium Geospasial Pesisir yang diikuti oleh mahasiswa jurusan PGSD fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta Angkatan 2012 pada hari Sabtu, tanggal 14 Desember 2013, yang merupakan tugas akhir smester III matakuliah IPS1 yang diampu oleh dosen Dhiniaty Gularso, S.Si, M.Pd. bertujuan agar mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta Angkatan 2012 dapat mengetahui:
1. Potensi dan manfaat kekayaan sumberdaya pesisir Indonesia, khususnya potensi pesisir Parangtritis yang meliputi potensi pariwisata, kuliner, paralayang, dokar, pertanian, IPTEK dan pendidikan, serta  kelautan dan perikanan. 

2. Kejadian geografis yang terdapat di gumuk pasir, proses terbentuknya gumuk pasir, yaitu sebagai berikut:
  Di Yogyakarta terdapat gunung yang masih aktif, yakni Gunung Merapi. Gunung Merapi secara berkala mengeluarkan materialnya dari perut bumi. Material ini terbawa oleh arus sungai dimana sungai-sungai itu bermuara di sungai Progo. Material-material ini dari gunung masih  berukuran besar, tetapi karena terbentur atau karena arus sungai ataupun sesuatu yang lain maka material ini terpecah pecah dan hancur menjadi pasir. Di muara, material ini seharusnya menumpuk menjadi delta, tetapi karena ombak laut yang sangat besar di laut selatan, maka pasir-pasir tersebut terangkat ke pantai. Sesampainya di pantai, lalu pasir itu terdorong ke daratan oleh angin dan dibelokkan oleh tebing sehingga terbentuklah gumuk pasir atau sand dunes.
Menurut PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL, gumuk pasir adalah ekosistem berupa bukit/gundukan pasir yang terbentuk akibat interaksi material penyusun dan aktivitas angin.

3. Berbagai macam bentuk gumuk pasir.
     Menurut penjelasan dari pemandu Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis, gumuk pasir di pantai      selatan kota Yogyakarta berbentuk Barchans. 

4. Kondisi gumuk pasir dari waktu ke waktu yang sangat dinamis.

5. Alat-alat yang digunakan untuk membuat peta.

6. Alat pengukur ketinggian pasang surut air laut.

7. Jenis-jenis pasir, mulai dari pasir yang berwarna hitam, abu-abu hingga pasir yang berwarna putih.

8. Jenis-jenis batu,  yaitu batu granit, batu apung, batu pualam, batu kapur, dan sebagainya.

9. Kejadian-kejadian alam di Indonesia seperti tsunami di Aceh tahun 2006 lalu.

Pada akhirnya dengan diadakannya perjalanan ke Laboratorium Geospasial Pesisir pada tanggal 14 Desember 2013, mahasiswa jurusan PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta Angkatan 2012 diharapkan dapat turut serta melestarikan kekayaan sumberdaya pesisir Indonesia khususnya yang terdapat di daerah pesisir Parangtritis, Yogyakarta.





DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Informasi_Geospasial, diakses tanggal 15 Desember.
http://coretan-pena-pemula.blogspot.com/2013/07/sistematika-penulisan-laporan-perjalanan.html, diakses tanggal 15 Desember.
http://jogjasiana.com/laboratorium-geospasial-museum-gumuk-pasir, diakses tanggal 15 Desember.
http://bantulbiz.com/id/bizpage_wisata/id-464.html, diakses tanggal 15 Desember.
http://swarabumi.wordpress.com/2010/10/10/gumuk-pasir-parangtritis-hanya-ada-dua-di-dunia/, diakses tanggal 16 Desember.
http://dikyagustian.blogspot.com/2013/06/proses-terbentuknya-sand-dunes.html, diakses tanggal 16 Desember.
http://rovicky.wordpress.com/2008/06/09/gumuk-pasir-sand-dune/, diakses tanggal 16 Desember.


Keterampilan Mikro dalam Menulis


1. Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk penggunaan ejaan.
2. Memilih kata yang tepat.
3. Menggunakan bentuk kata dengan benar.
4. Menggunakan kata-kata dengan benar.
5. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.
6. Memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju.
7. Mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan.
8. Mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan.
9. Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis.

Keterampilan Mikro dalam Membaca

1. Mengenal sistem tulisan yang digunakan.
2. Mengenal kosakata.
3. Menentukan kata-kata kunci.
4. Menentukan makna-makna kata.
5. Mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dsb.
6. Menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi.
7. Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis.
8. Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan, dan partisipan.
9. Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan.
10. Menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama.
11. Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan.
12. Menggunakan strategi membaca berbeda terhadap tujuan berbeda.

Keterampilan Mikro dalam Berbicara

1. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas.
2. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat.
3. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
4. Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi.
5. Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar.
6. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama.
7. Berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.

Keterampilan Mikro dalam Menyimak


1. Menyimpan atau mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory).
2. Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target.
3. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
4. Membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar.
5. Mengenal bentuk-bentuk kata khusus.
6. Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan.
7. Menebak makna dari konteks.
8. Mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes). 
9. Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis.
10. Mengenal perangkat-perangkat kohesif.
11. Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.

Kekhawatiran Jomblo

Jomblo tidak akan membuat kalian mati kelaparan, meski tidak ada yang ngingetin "sudah makan apa belum, beb". Jomblo juga tidak akan membuat kalian lalai shalat, meski tidak ada yang ngingetin, "sudah shalat belum, sayang". Juga nggak akan membuat kalian bangun kesiangan, gara2 tidak ada yang bangunin lewat sms/telepon, "sudah bangun belum, hubby". Apalagi, tidak akan membatalkan kalian juara kelas, gara2 tidak ada yang ngingetin besok ulangan umum, "udah belajar belum, beb.".

Tenang saja. Bersabar. Fokus saja belajar, merintis karir, pekerjaan. Besok lusa kalau ketemu jodohnya, menikah, kalian bisa merasakan hal2 tersebut lebih berkah dan penuh ibadah. Jangan tertipu oleh ilusi keinginan sesaat punya pacar.

*Tere Liye


Lucunya, sering sekali ada yang membanggakan keshalihan pacarnya,
A: Pacarku tuh anaknya shalih tauk, selalu ngingetin aku sholat, ngaji, ga boleh pake parfum, and bla..blaa.blaaa..
B: Waw, pacarmu paham agama juga yaa? Sampai paham juga kalo perempuan ga boleh pake parfum?
A: Iyaa.. :) *sambil senyum2 bangga
B: Tapi..kalo dia paham agama/shalih, kok masih macarin kamu yaa?

A: *jlebb..tanpa pikir panjang, langsung diem -_-

Saat Kedewasaan Bukan Lagi Pilihan

Banyak orang bilang “tua itu pasti, dewasa itu pilihan”. Setuju sih sama kalimat yang pertama, tua itu pasti. Yaa..yang namanya waktu, tidak akan ada yang bisa mengehentikannya bahkan memperlambat pun tidak ada yang bisa. Jadi, sebenarnya  waktulah yang “menuakan” kita.

Bagaimana dengan kedewasaan?

Entahlah, yang jelas dari pengalaman-pengalaman saya selama ini, mulai dari mengamati lingkungan, mengamati teman-teman, diskusi dengan sahabat maupun saudara, sampai pengalaman saya sendiri, ternyata kesimpulan yang saya dapat adalah bahwa kedewasaan sama sekali tidak ada hubungannya dengan umur, kedewasaan adalah masalah pengendalian diri. Idealnya memang ketika usia semakin tua, kedewasaannya pun semakin matang tapi pada kenyataannya yang terjadi tidak selalu seperti itu. Yah meskipun ada beberapa orang yang semakin bertambah umurnya, kedewasaannya pun semakin matang, namun ada juga yang semakin bertambah umurnya namun kedewasaanya tetap masih stag, jadi sering terlihat kenakak-kanakan. Tapi ada juga loh, yang umurnya belum seberapa, yaa bisa dikatan masih sangat muda namun kedewasaannya jauh lebih matang dari umur yang di atasnya (lebih tua). Sekali lagi karena kedewasaan tidak ada sangkut pautnya dengan umur.


Hal yang mempengaruhi kedewasaan adalah cara berpikir dan bagaimana menyikapi setiap masalah yang datang menghampiri (pengendalian diri). Sering sekali masalah itu datangnya tiba-tiba dan tanpa permisi dulu. Kedewasaan itu susah untuk dipaksakan, kecuali dipaksa oleh keadaan. (Susah bukan berarti tidak mungkin, tapi masih tetap bisa diusahakan). Iya, keadaan, saat seseorang dihadapkan pada permasalahan yang membuatnya berada pada kondisi yang sangat menyudutkan, tidak ada pilihan lain selain menjadi orang yang lebih dewasa, maka seseorang itu tidak perlu paksaan dari siapapun untuk menjadi orang yang dewasa. Sebab, pada kondisi-kondisi tertentu, kedewasaan bukan lagi menjadi sebuah pilihan, namun suatu keharusan yang kemudian menjadi sebuah kebutuhan. Ibaratnya, kalau sudah kepepet, mau gimana lagi? Bukankah seberat apapun permasalahan yang kita hadapi, hidup harus tetap berlanjut? Maka, saat tidak ada pilihan lain untuk menjadi orang yang lebih dewasa demi melanjutkan hidup, saat itulah kedewasaan menjadi sebuah kebutuhan, bukan lagi pilihan.