Senin, 23 Desember 2013

KETERAMPILAN MENYIMAK

KETERAMPILAN MENYIMAK

A.      Hakikat Menyimak sebagai Aspek Keterampilan Berbahasa
Menyimak merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Pengertian menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2003: 1066), didapati pengertian menyimak yaitu mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Pada sumber yang sama (2003: 251), terdapat pengertian mendengar yaitu dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi, alat pendengar kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita mendengar suara itu tanpa ada unsur kesengajaan. Sementara, yang dimaksud dengan mendengarkan adalah mendengar akan sesuatu dengan sungguh-sungguh.
Dari pengertian masing-masing kata, kita dapat melihat perbedaan antara ketiganya. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan, dengan kata lain datang secara kebetulan. Sementara dalam menyimak, faktor kesengajaan cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disampaikan pembicara, sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Pintamtiyastirin (1983: 11) bahwa menyimak ialah mendengarkan dengan pemahaman atau pengertian, bahkan sampai ke tingkat apresiasi.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang kompleks karena melibatkan berbagai proses menyimak pada saat yang sama. Menyimak bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan suatu proses yang aktif dalam mengonstruksikan suatu pesan dari suatu arus bunyi yang diketahui orang sebagai potensi-potensi fonologis, semantik, dan sintaksis suatu bahasa. Pada saat penyimak mendengar bunyi bahasa, pada saat itu pula mental seseorang aktif bekerja, mencoba memahami, menafsirkan, apa yang disampaikan pembicara, dan memberinya respons. Pada dasarnya respons yang diberikan itu akan terjadi setelah adanya integrasi antara pesan yang didengar dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman menyimak. Respons itu bisa sama dengan yang dikehendaki pembicara dan bisa pula tidak.
Mengingat proses menyimak itu ternyata terjadi dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, maka dapat dipastikan bahwa urutan proses itu bekerja dengan cepat. Kalau proses itu mendapatkan gangguan, dengan sendirinya kegiatan menyimak tidak berlangsung sempurna dan pemahaman pun tidak tercapai. Ini berarti penyimak tidak dapat melakukan respons. Seperti yang diungkapkan Bistok, (via Sutari, dkk, 1997: 21) bahwa menyimak adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, menyimpan, dan menghubungkan penafsiran itu dengan seluruh pengetahuan dan pengalaman.
Sebagai kegiatan yang kompleks, menyimak mempunyai beberapa unsur dasar yang secara fundamental mewujudkan adanya suatu peristiwa atau kegiatan menyimak, yaitu: pembicara sebagai sumber pesan, penyimak sebagai penerima pesan, bahan simakan sebagai unsur konsep, dan bahasa lisan sebagai media (Sutari, dkk, 1997: 42). Keempat unsur tersebut sangat berpengaruh dalam kegiatan menyimak. Jika salah satu dari unsur tersebut tidak ada, maka kegiatan menyimak tidak akan berjalan. Selain ditentukan oleh eksistensi unsur dasar tersebut, kualitas pelaksanaan kegiatan menyimak juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Menurut Tarigan (2006: 98), faktor-faktor tersebut adalah faktor fisik, psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, lingkungan, dan peranan dalam masyarakat.
Delapan faktor tersebut di atas turut memengaruhi kualitas dari kegiatan menyimak yang dilakukan orang pada umunya. Untuk dapat menyimak dengan baik, seorang penyimak harus berada pada kondisi yang siap simak karena menyimak dengan baik menuntut perhatian, pikiran, penalaran, penafsiran, dan imajinasi. Para penyimak harus memproyeksikan diri mereka ke dalam pikiran pembicara dan berupaya memahami bukan saja yang dikatakan oleh pembicara, melainkan juga apa yang dimaksudkannya.
Sutari, dkk (1997: 22) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya tingkat perhatian, pikiran, penalaran, penafsiran, dan imajinasi penyimak tergantung pada tujuan penyimak dalam melakukan kegiatan tersebut. Ada beberapa macam tujuan dalam kegiatan menyimak yang dilakukan orang pada umumya, yaitu mendapatkan fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta atau informasi yang ada, mendapatkan hiburan, dan memperbaiki kemampuan berbicara. Perbedaan tujuan dalam kegiatan menyimak, menyebabkan adanya aneka ragam menyimak.

B.      Ragam Menyimak
Perbedaan tujuan dalam kegiatan menyimak, menyebabkan adanya aneka ragam menyimak. Secara garis besar, menyimak dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.    Menyimak ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.
Menyimak ekstensif terdiri dari:
(1)    Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional adalah menyimak yang biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan untuk memuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan oleh seorang rekan (Dawson, via Tarigan, 2006: 37).
(2)    Menyimak sekunder (secondery listening) adalah sejenis kegiatan menyimak kebetulan (casual listening) dans ecara ekstensif (extensive listening).
(3)    Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut dengan menyimak apresiatif adalah fase terakhir dalam kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif.
(4)    Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa.
(5)    Menyimak passif (passive listening) adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.

b.      Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah jenis menyimak yang pelaksanannya diarahkan pada suatu kegiatan yang lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu.
Menyimak intensif terdiri atas beberapa jenis berikut:
(1)    Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupaya untuk mencari kesalahan dan kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
(2)    Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa yang disimaknya.
(3)    Menyimak eksploratif yaitu sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan sempit.
(4)    Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian, dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan.
(5)    Menyimak selektif yakni menyimak yang dilakukan sebagai pelengkap kegiatan menyimak pasif guna mengimbangi isolasi kultural dan tendensi kita untuk menginterpretasikan kembali semua yang kita dengar dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai.
(6)    Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut a study-type atau menyimak yang kegiatannya sejenis dengan telaah.

c.       Teknik Menyimak
Menurut Brawn (via Iskandarwassid, 2008: 227-228), terdapat delapan proses dalam kegiatan menyimak, yakni sebagai berikut:
1.       Pendengar memproses raw speech dan menyimpan image darinya dalam short term memory. Image ini berisi frasa, klausa, tanda-tanda baca, intonasi, dan pola-pola tekanan kata dari suatu rangkaian pembicaraan yang ia dengar.
2.       Pendengar menentukan tipe dalam setiap peristiwa pembicaraan yang sedang diproses. Pendengar, sebagai contoh harus menentukan kembali apakah pembicaraan tadi berbentuk dialog, pidato, siaran radio, dan lain-lain dan kemudian ia menginterpretasikan pesan yang ia terima.
3.       Pendengar mencari maksud dan tujuan pembicara dengan mempertimbangkan bentuk dan jenis pembicaraan, konteks, dan isi.
4.       Pendengar me-recall latar belakang informasi (melalui skema yang ia miliki) sesuai dengan konteks subjek masalah yang ada. Pengalaman dan pengetahuan akan digunakan dalam membentuk hubungan kognitif untuk memberikan interpretasi yang tepat terhadap pesan yang disampaikan.
5.       Pendengar mencari arti literal dari pesan yang ia dengar. Proses ini melibatkan kegiatan interpretasi semantik.
6.       Pendengar menentukan arti yang dimaksud.
7.       Pendengar mempertimbangkan apakah informasi yang ia terima harus disimpan di dalam memorinya atau ditunda.
8.       Pendengar menghapus bentuk pesan-pesan yang telah ia terima. Pada dasarnya, 99% kata-kata dan frasa serta kalimat yang diterima akan menghilang dan terlupakan.

d.      Tujuan Menyimak
Semi (1993: 98) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran menyimak pada semua jenjang pendidikan pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.       Persepsi, yakni ciri kognitif dari proses mendengarkan yang didasarkan pemahaman pengetahuan tentang kaidah-kaidah kebahasaan.
2.       Resepsi, yakni pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki oleh pembicara.

e.      Teknik Pembelajaran Menyimak
Tarigan (1986: 52-73) mengemukakan beberapa macam teknik pembelajaran dalam menyimak, sebagai berikut:
a.   Dengar – Ulang Ucap
b.   Dengar – Tulis (Dikte)
c.   Dengar – Kerjakan
d.   Dengar – Terka
e.   Memperluas Kalimat
f.   Menemukan Benda
g.  Siman Berkata
h.  Bisik Berantai
i.   Menyelesaikan Cerita
j.   Identifikasi Kata Kunci
k.  Identifikasi Kalimat Topik
l.   Menyingkat/Merangkum
m. Parafrase
n.  Menjawab Pertanyaan



Sumber:

Sunarti dan Deri Anggraini. (2009). Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar