Bismillahirrahmaanirrahiim..
Teruntukmu, wanita-wanita hebat..Ibu terhebat dan Kakak teladanku..
Uhibbukifillah
Wanita, Pengguncang Dunia..
Oleh: Oktarina Indrawati
Birrul walidain (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua)
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia menceritakan, ada seseorang yang
datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam seraya bertanya:
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya pergauli
dengan baik?” Rasulullah menjawab: “Ibumu!” Orang itu bertanya lagi:
“Lalu siapa?” “Ibumu!” Selanjutnya bertanya: ”Lalu siapa?” Beliau
menjawab: “Bapakmu.” (Muttaqun Alaih)
Imam An-Nawawi mengatakan:
“Hadits tersebut memerintahkan agar senantiasa berbuat baik kepada kaum
kerabat, dan yang paling berhak mendapatkannya di antara mereka adalah
ibu, lalu bapak, dan selanjutnya orang-orang terdekat.”
“Di
dahulukannya ibu dari mereka itu karena banyaknya pengorbanan,
pengabdian, kasih sayang yang telah diberikannya. Dan karena seorang ibu
telah mengandung, melahirkan, menyusui, mendidik, dan tugas lainnya,”
tutur para ulama.
('Uwaidah, S. K. (1998). Fiqih Wanita. Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR)
Al-Ummu madrasah Al-ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya)
Wanita
dapat mengguncangkan dunia dengan tangannya. Bagaimana bisa tangan yang
lemah lembut bisa mengguncangkan dunia? Justru dengan tangan yang lemah
lembut itulah Allah juga berikan kepadanya kekuatan yang jauh lebih
perkasa, yang tidak diberikanNya kepada kaum adam maka jangan heran jika
dunia dapat ia guncangkan.
Ia mengandung selama 9 bulan, bertaruh
nyawa untuk melahirkan, bahkan terkadang harus mengalami perdarahan
hebat saat proses melahirkan, menimang dengan tangannya yang lemah
lembut, menyusuinya selama 2 tahun, tidak peduli malam ataupun siang,
bahkan di tengah lelapnya tidur, sang ibu, ya..sang ibu, bukan ayah,
harus terbangun untuk menyusui anaknya, mengganti popoknya yang basah,
dan menimang-nimang si kecil saat ia terjaga. Menimangnya selalu,
selalu, dan selalu, penuh cinta, kasih, do’a, dan harapan-harapan agar
anaknya menjadi anak yang sholih. Semua dilakukan tanpa keluh kesah
karena itulah fitrahnya. Lelahpun tidak jadi masalah karena ia yakin,
dengan mendidik anaknya menjadi anak yang sholih, berarti ia telah
menyiapkan investasi untuk akhiratnya, ia sedang menyiapkan titian
jalannya ke surga. Sunggguh, segala apa yang ia lakukan untuk mendidik,
merawat, membesarkan bahkan pengorbanannya untuk melahirkan, bukanlah
suatu kewajiban yang melelahkan, bukan juga sesuatu yang pahit yang mau
tidak mau harus ditelan, namun diberikan kepercayaan untuk melahirkan,
mendidik, merawat, dan membesarkan anak itu adalah sebuah kenikmatan,
mungkin itulah yang disebut manisnya iman. Dari rahimnya, dari air
susunya, dari tangan lemah lembutnya, lahirlah generasi-generasi hebat,
generasi-generasi sholih, generasi-generasi mujahid yang akan
mengguncangkan dunia.
Ulama-ulama besar, ilmuwan, tokoh-tokoh
besar, tengoklah bagaimana ibunya. Ibu adalah orang pertama yang dikenal
anak sekaligus pendidik pertama dan utama sebelum anak mengenyam
pendidikan di madrasah manapun. Hitam putihnya anak, orang tua yang
menentukan dan yang mendominasi peran ini adalah ibu. Ibulah yang
menanamkan pondasi pertama untuk pertumbuhan dan perkembangannya,
pengetahuannya, termasuk yang terpenting adalah keimanannya. Pendidikan
anak tidak dimulai sejak usianya satu tahun, dua tahun, atau bahkan
tujuh tahun saat usianya mencapai usia sekolah dasar. Pendidikan anak
dimulai sejak di dalam kandungan, bahkan sebelum ia mempunyai bentuk
yang sempurna sebagai manusia. Ia mendengarkan, memahami, menerima
segala bentuk kasih sayang, informasi-informasi melalui hatinya.
Bagaimana
bisa berharap mempunyai anak yang sholih sedangkan kita, wanita,
muslimah, calon ibu, calon madrasah pertama bagi anak kita, tidak
mempunyai bekal apapun untuk menjalankan peran itu? Maka untuk
mengguncangkan dunia tidak cukup hanya dengan mempunyai “harapan”. Tidak
ada yang dapat terealisasi dengan baik kecuali dengan persiapan yang
baik pula.
Kapan? Kapan kita wahai wanita, muslimah, calon ibu, harus
mempersiapkan segala sesuatu untuk mengguncangkan dunia? Setelah kita
memutuskan untuk menikah dengan seseorang kah? Atau setelah lulus S1?
S2? Atau, sekarang? Ya..sekarang! Sekaranglah waktu yang tepat untuk
mempersiapkan segala sesuatunya. Berapapun usia kita, sekarang adalah
waktu yang tepat untuk mempersiapkannya. “Tapi saya kan masih sekolah,
saya masih SMP, saya masih SMA, saya belum lulus S1, saya sudah lulus
S1, S2, tapi belum mau menikah. Masa iya sudah harus belajar dan
mempersiapkan hal-hal semacam itu?” Dear, berapapun usia kita, tidak ada
kata “terlalu cepat” atau “terlambat” untuk belajar dan berdo’a. Saat
kita masih sekolah dan kiranya tidak dalam waktu dekat ini untuk menikah
dan menjadi seorang ibu, maka cara yang dapat kita tempuh untuk
mempersiapkannya adalah dengan berdo’a, belajar, belajar berbagai macam
ilmu pengetahuan, belajar ilmu agama, belajar bagaimana menjadi anak
yang baik, bagaimana menjadi anak yang sholih, jika perlu sekalian
belajar bagaimana mendidik anak agar menjadi anak yang sholih,
mengamalkan ilmu-ilmu yang didapat dan yang terpenting adalah jadilah
anak yang sholih untuk orang tua kita, terus memperbaiki dan memantaskan
diri untuk masa depan kita dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah
dan memperbanyak ibadah karena itulah kunci dari segala kesuksesan.
Berdo’a dan berusahalah untuk masa depan kita, sekalipun itu terlihat
masih jauh dari usia kita sekarang. Kenapa? Karena dengan kita belajar,
berdo’a, berusaha menjadi anak yang sholih, terus dan terus memperbaiki
diri, memantaskan diri mulai dari sekarang, insyaallah kelak Allah akan
juga mempertemukan kita dengan pasangan yang saat ini juga tengah
berusaha memperbaiki diri dan memantaskan diri untuk masa depannya.
Untuk
memetik kebaikan maka kita harus menanamnya di tempat yang baik pula.
Agar mempunyai anak yang sholih, tidak bisa dilalui dengan proses yang
instan. Panjang ya prosesnya? Yah..begitulah, andai saja “sholih” itu
bisa dibeli, maka surga tidak lagi istimewa. Untuk mempunyai anak yang
sholih, maka kita, wanita, harus juga mempunyai imam yang sholih. Semua
harus dimulai dan dipersiapkan sedari awal.
”Wanita-wanita yang
keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah
untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah
untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari
apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan
dan rizki yang mulia (surga).”
Begitulah firman Allah dalam
surat An-Nur ayat 26. Artinya, untuk mempunyai imam yang sholih,
sebelumnya pun kita juga harus berusaha menjadi sholihah terlebih
dahulu. Jodoh itu cerminan diri kita, bagaimana kita, bukan seperti apa
yang kita mau, tanpa kita berusaha menjadi apa yang kita inginkan.
Jangan harap hanya dengan berpangku tangan kita akan memperoleh apa yang
kita inginkan. Yang mencari akan menemukan, insyaallah.
Jazakillahu
khairan katsiran, Ibuk, my wonder mom, kakak tercantikku, Ummu Arkaan,
atas segala saran dan ide-ide cantik dalam artikel ini ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar