Senin, 23 Desember 2013

Untuk Wanita-Wanita Shalihah yang Insya Allah dirindukan Surga :)

Bismillahirrahmaanirrahiim..

Teruntukmu, wanita-wanita hebat..Ibu terhebat dan Kakak teladanku..
Uhibbukifillah

Wanita, Pengguncang Dunia..

Oleh: Oktarina Indrawati


Birrul walidain (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia menceritakan, ada seseorang yang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam seraya bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab: “Ibumu!” Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” “Ibumu!” Selanjutnya bertanya: ”Lalu siapa?” Beliau menjawab: “Bapakmu.” (Muttaqun Alaih)
Imam An-Nawawi mengatakan: “Hadits tersebut memerintahkan agar senantiasa berbuat baik kepada kaum kerabat, dan yang paling berhak mendapatkannya di antara mereka adalah ibu, lalu bapak, dan selanjutnya orang-orang terdekat.”
“Di dahulukannya ibu dari mereka itu karena banyaknya pengorbanan, pengabdian, kasih sayang yang telah diberikannya. Dan karena seorang ibu telah mengandung, melahirkan, menyusui, mendidik, dan tugas lainnya,” tutur para ulama.
('Uwaidah, S. K. (1998). Fiqih Wanita. Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR)

Al-Ummu madrasah Al-ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya)
Wanita dapat mengguncangkan dunia dengan tangannya. Bagaimana bisa tangan yang lemah lembut bisa mengguncangkan dunia? Justru dengan tangan yang lemah lembut itulah Allah juga berikan kepadanya kekuatan yang jauh lebih perkasa, yang tidak diberikanNya kepada kaum adam maka jangan heran jika dunia dapat ia guncangkan.
Ia mengandung selama 9 bulan, bertaruh nyawa untuk melahirkan, bahkan terkadang harus mengalami perdarahan hebat saat proses melahirkan, menimang dengan tangannya yang lemah lembut, menyusuinya selama 2 tahun, tidak peduli malam ataupun siang, bahkan di tengah lelapnya tidur, sang ibu, ya..sang ibu, bukan ayah, harus terbangun untuk menyusui anaknya, mengganti popoknya yang basah, dan menimang-nimang si kecil saat ia terjaga. Menimangnya selalu, selalu, dan selalu, penuh cinta, kasih, do’a, dan harapan-harapan agar anaknya menjadi anak yang sholih. Semua dilakukan tanpa keluh kesah karena itulah fitrahnya. Lelahpun tidak jadi masalah karena ia yakin, dengan mendidik anaknya menjadi anak yang sholih, berarti ia telah menyiapkan investasi untuk akhiratnya, ia sedang menyiapkan titian jalannya ke surga. Sunggguh, segala apa yang ia lakukan untuk mendidik, merawat, membesarkan bahkan pengorbanannya untuk melahirkan, bukanlah suatu kewajiban yang melelahkan, bukan juga sesuatu yang pahit yang mau tidak mau harus ditelan, namun diberikan kepercayaan untuk melahirkan, mendidik, merawat, dan membesarkan anak itu adalah sebuah kenikmatan, mungkin itulah yang disebut manisnya iman. Dari rahimnya, dari air susunya, dari tangan lemah lembutnya, lahirlah generasi-generasi hebat, generasi-generasi sholih, generasi-generasi mujahid yang akan mengguncangkan dunia.

Ulama-ulama besar, ilmuwan, tokoh-tokoh besar, tengoklah bagaimana ibunya. Ibu adalah orang pertama yang dikenal anak sekaligus pendidik pertama dan utama sebelum anak mengenyam pendidikan di madrasah manapun. Hitam putihnya anak, orang tua yang menentukan dan yang mendominasi peran ini adalah ibu. Ibulah yang menanamkan pondasi pertama untuk pertumbuhan dan perkembangannya, pengetahuannya, termasuk yang terpenting adalah keimanannya. Pendidikan anak tidak dimulai sejak usianya satu tahun, dua tahun, atau bahkan tujuh tahun saat usianya mencapai usia sekolah dasar. Pendidikan anak dimulai sejak di dalam kandungan, bahkan sebelum ia mempunyai bentuk yang sempurna sebagai manusia. Ia mendengarkan, memahami, menerima segala bentuk kasih sayang, informasi-informasi melalui hatinya.

Bagaimana bisa berharap mempunyai anak yang sholih sedangkan kita, wanita, muslimah, calon ibu, calon madrasah pertama bagi anak kita, tidak mempunyai bekal apapun untuk menjalankan peran itu? Maka untuk mengguncangkan dunia tidak cukup hanya dengan mempunyai “harapan”. Tidak ada yang dapat terealisasi dengan baik kecuali dengan persiapan yang baik pula.
Kapan? Kapan kita wahai wanita, muslimah, calon ibu, harus mempersiapkan segala sesuatu untuk mengguncangkan dunia? Setelah kita memutuskan untuk menikah dengan seseorang kah? Atau setelah lulus S1? S2? Atau, sekarang? Ya..sekarang! Sekaranglah waktu yang tepat untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Berapapun usia kita, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mempersiapkannya. “Tapi saya kan masih sekolah, saya masih SMP, saya masih SMA, saya belum lulus S1, saya sudah lulus S1, S2, tapi belum mau menikah. Masa iya sudah harus belajar dan mempersiapkan hal-hal semacam itu?” Dear, berapapun usia kita, tidak ada kata “terlalu cepat” atau “terlambat” untuk belajar dan berdo’a. Saat kita masih sekolah dan kiranya tidak dalam waktu dekat ini untuk menikah dan menjadi seorang ibu, maka cara yang dapat kita tempuh untuk mempersiapkannya adalah dengan berdo’a, belajar, belajar berbagai macam ilmu pengetahuan, belajar ilmu agama, belajar bagaimana menjadi anak yang baik, bagaimana menjadi anak yang sholih, jika perlu sekalian belajar bagaimana mendidik anak agar menjadi anak yang sholih, mengamalkan ilmu-ilmu yang didapat dan yang terpenting adalah jadilah anak yang sholih untuk orang tua kita, terus memperbaiki dan memantaskan diri untuk masa depan kita dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah dan memperbanyak ibadah karena itulah kunci dari segala kesuksesan. Berdo’a dan berusahalah untuk masa depan kita, sekalipun itu terlihat masih jauh dari usia kita sekarang. Kenapa? Karena dengan kita belajar, berdo’a, berusaha menjadi anak yang sholih, terus dan terus memperbaiki diri, memantaskan diri mulai dari sekarang, insyaallah kelak Allah akan juga mempertemukan kita dengan pasangan yang saat ini juga tengah berusaha memperbaiki diri dan memantaskan diri untuk masa depannya.

Untuk memetik kebaikan maka kita harus menanamnya di tempat yang baik pula. Agar mempunyai anak yang sholih, tidak bisa dilalui dengan proses yang instan. Panjang ya prosesnya? Yah..begitulah, andai saja “sholih” itu bisa dibeli, maka surga tidak lagi istimewa. Untuk mempunyai anak yang sholih, maka kita, wanita, harus juga mempunyai imam yang sholih. Semua harus dimulai dan dipersiapkan sedari awal.

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”

 Begitulah firman Allah dalam surat An-Nur ayat 26. Artinya, untuk mempunyai imam yang sholih, sebelumnya pun kita juga harus berusaha menjadi sholihah terlebih dahulu. Jodoh itu cerminan diri kita, bagaimana kita, bukan seperti apa yang kita mau, tanpa kita berusaha menjadi apa yang kita inginkan. Jangan harap hanya dengan berpangku tangan kita akan memperoleh apa yang kita inginkan. Yang mencari akan menemukan, insyaallah.

Jazakillahu khairan katsiran, Ibuk, my wonder mom, kakak tercantikku, Ummu Arkaan, atas segala saran dan ide-ide cantik dalam artikel ini  ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar